Teori Pemrosesan Informasi Berbantuan Media
Pada
hakikatnya model pembelajaran dengan pemerosesan informasi didasarkan pada
teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan
siswa memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar
siswa. Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau
menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol
verbal dan non-verbal.
Teori
pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik.
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah
pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji
proses belajar penting dari hasil belajar namun yang lebih penting dari kajian
proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah
yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Teori
pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola
informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang
nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena informasi
inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Berdasarkan
teori pemrosesan informasi ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh para guru:
1. Perhatian
sangat penting, oleh karena itu selalu upayakan agar siswa anda benar-benar memperhatikan
pelajaran. Meskipun mereka tampak melihat anda, namun belum tentu pikiran mereka
perhatian kepada apa yang anda jelaskan.
2. Sebaiknya
lebih mengutamakan belajar dengan memahami dari pada melalui hafalan.
Adapun
teori pemrosesan informasi menurut Gagne dan Atkinson, diantaranya:
1. Gagne
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal, Gagne
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar yang
dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu
sebagai berikut :
1) Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2) Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3) Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat
proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal
yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal
adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Teori
pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif
dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola
informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang
nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena informasi
inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Dalam
bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special kind of intellectual
skill, of particular in probelem solving, is called a cognitive strategy. In
term of modern learning theory, a cognitive strategy is a control process. An
internal process by means of which thinking. Gagne mengemukakan delapan fase
dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian
eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase
dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa.
Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase
motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase
pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial
dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase
perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah
siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase
retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali.
5. Fase
pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan
antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase
generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase
penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus
mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari
situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase
umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka
yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan.
Penerapan
teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari para tokoh behavioristik dianggap metode paling efektif untuk
menertibkan siswa.
Teori
pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :
1) Antara
stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2) Stimulus
yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya.
3) Salah
satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari
ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).
Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sensory
Receptor (SR)
Sensory Receptor adalah sel tempat
pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap
dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat singkat
dan mudah tergangu atau berganti.
b. Working
Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu
menangkap informasi yang mendapat perhatian individu, perhatian dipengaruhi
oleh persepsi. Karekateristik Working Memory adalah memiliki kapasitas terbatas
(informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak diadakan pengulangan) dan
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak
melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
c. Long
Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi
semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas
tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak
akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar
pengetahuan.
2. Atkinson
Dalam model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh
Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai suatu labor yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output).
Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi labor. Stimulasi dari dunia
sekitar ini memasuki reseptor memori dalam bentuk penglihatan, suara, rasa, dan
sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam otak. Otak mengolah dan
mentransformasikan informasi dalam berbagai cara. Proses ini meliputi
pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi yang
telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila
diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia,
seperti berbicara, menulis, interaksi labor, dan sebagainya.
Dalam model
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi
manusia dikonsepkan sebagai suatu labor yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
masukan (input), proses dan keluaran (output). Informasi dari dunia sekitar
merupakan masukan bagi labor. Stimulasi dari dunia sekitar ini memasuki
reseptor memori dalam bentuk penglihatan, suara, rasa, dan sebagainya.
Selanjutnya, input diproses dalam otak. Otak mengolah dan mentransformasikan
informasi dalam berbagai cara. Proses ini meliputi pengkodean ke dalam
bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi yang telah diketahui
sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila diperlukan. Akhir
dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia, seperti berbicara,
menulis, interaksi labor, dan sebagainya.
Teori
pemrosesan informasi berpijak pada tiga asumsi sebagaimana dikemukakan Lusiana
dalam Budiningsih (2005:82) bahwa:
a) Antara
stimulus dan respon terdapat suatu seri pemrosesan informasi di mana pada
masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b) Stimulus
yang diproses melalui tahapan tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk atau
isinya.
c) Salah satu
dari tahap memiliki keterbatasan kapasitas.
Implikasi
dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean
informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya sebuah cara kerja komputer
dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, pembelajaran harus dapat
untuk menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang dan praktik
secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat
bertahan lama dalam memori siswa, dan aplikasi komputer memiliki semuanya
dengan kualitas yang sangat baik.
Dalam
pemilihan dan penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran perlu
memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi,
dan juga evaluasi pembelajaran. Karakteristik multimedia adalah:
1) Memiliki
lebih dari satu media
yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur teks dan
visual.
2) Bersifat
interaktif, yaitu memiliki kemampuan untuk
mengakomodasikan respon pengguna.
3) Bersifat
mandiri, dalam pengertian member kemudahan dan kelengkapan isi sehingga
pengguna bias menggunakan tanpa bimbingan dari orang lain.
Manfaat yang
dapat diperoleh dari pembelajaran berbantuan multimedia adalah
proses pembelajaran lebih menarik, lebih
interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar
dapat ditingkatkan, dan sikap belajar siswa dapat
ditingkatkan. Sedangkan keunggulan pembelajaran
berbantuan multimedia adalah sebagai berikut.
1. Memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri,
elektron, dan lain-lain.
2. Memperkecil
benda yang sangat besar, yang tidak mungkin dihadirkan di sekolah, seperti
gajah, rumah, gunung dan lain-lain.
3. Menyajikan
benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat,
seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars,
berkembangnya bunga dan lain-lain.
4. Meningkatkan
daya tarik dan perhatian siswa.
Permasalahan
1. Bagaimana
cara mengolah informasi dalam pembelajaran kimia yang diperoleh agar dapat masuk kedalam memori jangka
panjang?
2. Persoalan “lupa” yang melanda pelajar Indonesia ini menyebabkan
pelajar Indonesia kesulitan atau gagal memunculkan kembali informasi yang telah
diterima sebelumnya. Bagaimana cara mengatasinya sehingga memori tersebut dapat
muncul kembali, terutama pada mata pelajaran kimia?
3. Apa pengaruh teori Gagne dan teori atkinson yang paling besar
bagi teori pemrosesan informasi ?
4. Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase dimana fase pertama
yaitu motivasi. Bagaimana memberikan motivasi belajar kepada siswa yang
memiliki intelligent tinggi untuk dapat terus termotivasi untuk belajar dan
tidak cepat merasa puas?
Baikalah saya akan menjawab pertanyaan anda yang keempat yaitu bagaimana memberikan motivasi belajar kepada siswa bisa dilakukan beberapa hal antara lain :
BalasHapus1. Menyampaikan manfaat dan tujuan pembelajaran
Siswa perlu memahami manfaat dari pembelajaran suatu materi pelajaran agar lebih termotivasi karena siswa memahami bahwa pelajaran sangan penting untuknya.
2. Variasi kegiatan
Setiap kali hendak mengajar, guru harus memikirkan variasi pembelajarannya. Misalnya dengan cara bermain peran, berdiskusi, kerja kelompok, demonstrasi / presentasi, atau melakukan eksperiman. Setiap model pembelajaran yang dipilih juga harus diisi dengan kegiatan yang kreatif dan menarik
3. Suasana Belajar Santai dan Menyenangkan
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang santai dan menyenangkan, namun siswa tetap mampu fokus dalam proses pembelajaran.
4. Berikan penghargaan
Anak-anak usia dini lebih membutuhkan penghargaan, daripada kritikan. Maka bila mereka melakukan sesuatu yang baik berikanlah penghargaan. Penghargaan paling sederhana adalah berupa pujian. Penghargaan juga bisa diberikan dalam bentuk stiker, bintang, dan lainnya.
5. Sampaikan kriteria penilaian
Untuk kegiatan mengerjakan hand-out atau latihan soal, anak-anak akan mendapatkan nilai dari jumlah jawaban yang benar. Namun ada kalanya ada aktivitas yang membutuhkan kriteria penilaian. Misalnya pada kegiatan bermain peran. Guru perlu menyampaikan kepada anak-anak didiknya, kriteria penilaian apa saja yang akan diambil. Misalnya dari kepercayaan diri, intonasi suara, ekspresi, dan lainnya. Dengan menyampaikan kriteria penilaian, maka siswa akan semakin bersemangat dalam mencapai nilai yang terbaik berdasarkan kriteria penilaian yang disampaikan guru.
6. Memberikan komentar dengan kalimat positif
Agar anak-anak semakin semangat dalam belajar, pendidik perlu menambahkan komentar atau masukan yang membangun pada setiap pekerjaan siswa. Guru juga perlu belajar membuat kalimat yang positif.
7. Ciptakan suasana kompetitif
Ada kalanya pendidik harus bisa menciptakan suasana kompetitif saat pembelajaran. Akan lebih baik bila suasana kompetitif ini dilakukan dalam pembelajaran berkelompok. Karena bila dilakukan dalam pembelajaran individu, siswa yang memiliki kekurangan dalam hal memahami pelajaran akan menjadi minder. Salah satu aktivitas yang berbau kompetisi adalah cerdas cermat.
Ke tujuh langakah diatas dapat diterapkan untuk semua siswa karena biasanya pasti ada dari ketujuh hal tersebut yang membutnya termotivasi
Baiklah, terima kasih tanggapan saudari. Namun dari penjelasan saudari apakah siswa dengan intelligent tinggi akan merasa termotivasi atau tertantang begitu saja bila diberikan suasana yang kompetitif dimana pasti siswa tersebut tidak merasa puas karena pengajar juga harus menyesuaikan dengan murid lainnya yang memiliki pengetahuan kurang dari temannya yang lain karena bila pendidik menciptalkan suasana yang jauh dari pemahaman siswa biasa maka siswa tersebut akan merasa tidak sanggup dan bahkan stress
HapusSaya mencoba menjawab dari permasalahan yang timbul, menurut saya motivasi nya bisa dijaga dengan mengikutsertakan siswa tersebut lomba, dengan begitu motivasi siswa tersebut pasti akan meningkat.
Hapusbaiklah, saya menjawab permasalah nomor 2. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta didik. Untuk itu, guru harus mengetahui hakikat belajar dan pembelajaran yang baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap hakikat tersebut.Selain dapat meningkatkan semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat kekreativan dan keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus pandai memutar otak.Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Dengan demikian, maka siswa akan cenderung mengingat pelajaran dalam memori jangka panjang karena hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan baginya dan bukan merupakan suatu beban.
BalasHapusBaik, terima kasih tanggapan saudara. Namun efektifkah bila pendidik di Indonesia harus pandai memutar otak? lantas bagaimana dengan siswanya. Bila dilihat dari kehidupan nyata bahwa bila hanya mengamdalkan media yang saja tidak cukup untuk menghilangkan penyakit "lupa" yang melanda pelajar Indonesia
HapusSaya akan mencoba menjawab permasalahan no.1 , Gegne menyarankan agar informasi yang ada dalam memori terorganisasi dengan baik, diatur dengan rapi dan dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu agar informasi tersebut tidak mudah hilang bahkan terus tersimpan dalam memori jangka panjang. Hal ttersebut dapat dipermudah dengan penggunaan mapping yang memang ditulis dengan struktur yang terorganisasi, ditambah lagi pengulangan secara rutin, maka memori tersebut akan terus tersimpan seumur hidup. Mind mapping merupakan media untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar.
BalasHapusMind mapping bisajuga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
Baik saya menerima tanggapan saudari, namun apakah saran tersebut mampu terlaksana secara efektif dan efisien dalam pembelajaran kimia? dimana seperti diketahui bersama bahwa tidak semua materi pembelajaran kimia cocok dengan media yang saudari sebutkan
HapusSaya akan menanggapi pertanyaan saudari no. 2 Persoalan “lupa” yang melanda pelajar Indonesia menyebabkan pelajar Indonesia kesulitan atau gagal memunculkan kembali informasi yang telah diterima sebelumnya. Cara mengatasinya yaitu seorang pelajar harus lah memaknai informasi yang ia dapatkan sehingga informasi tersebut dapat selalu di ingat dan tidak mudah untuk dilupakan. Menurut Para psikolog penyimpanan informasi dpt disebabkan karna adanya perbedaan dalam kode-kode memori. Mereka berpendapat bahwa ada dua kode dalam memori, yaitu kode akustik (acoustik code) dan kode sematik (sematic code). Akustik (acoustik code), kode yang berdasarkan bunyi. Kode ini merupakan kode memori yang dominan dalam memori jangka pendek. Sedangkan kode sematik (sematic code), kode yang berdasarkan makna. Kode ini merupakan kode yang dominan dalam memori jangka panjang.
BalasHapusBaik saya menerima tanggapan saudari, namun pemaknaan yang bagaimana yang harus di klasifikasikan oleh pelajar indonesai agar penyakit lupa tidak mendarah daging begitu saja? lalu bagaimana dengan mata pelajaran kimia yang tidak semua materinya harus dihafalkan begitu saja, bagaimana tanggapan saudari? dan bagaimana pelajarindonesia dapat menggunakan "kode-kode memori" dengan benar dan efektif seperti yang saudari katakan agar kode-kode tersebut sesuai pada tata letak yang seharusnya?
Hapuspemaknaan yg dimaksud yaitu ketika belajar materi yg disampaikan oleh guru harus lah memiliki tujuan dan manfaat yg jelas. Serta jgn terlalu banyak memberikan materi kpd siswa. karna kapasitas penyimpanan mereka berbeda2. sehingga sebelum mengajar lihatlah terlebih dahulu karakteristik mereka. Bukan penghafalan tapi memahami/memaknai. Jika sebgian materi kimia emg diharuskan dihafal ya apa boleh buat, lakukan saja. Untuk kode-kode memori, itu didasari oleh penelitian para psikolog.
HapusBaik. Namun saya butuh penjelasan dari saudari bahwa memberikan materi yang banyak yang bagaimana yang anda maksud? bukankah sebelum mengajar, pengajar harus sudahlah mempersiapkan materi ajar dan perlengkapan lainnya sebelum mengajar? lantas apakah bisa dikatakan jika pengajar tersebut memberikan materi yang banyak itu adalah jenis pengajar yang tidak menyiapkan?
HapusMisal si guru tidak masuk diminggu lalu, ia menggabungkan materi minggu lalu dan materi hari ini untuk dijelaskan pada 1 x pertemuan.
HapusBaik, apakah dengan menggabungkan dua materi sekaligus dalam 1x pertemuan itu efektif? Bukankah siswa akan sulit untuk memahami materi yang banyak? bahwa dilihat dari kehidupan sehari-hari saja untuk 1 materi dengan 1x pertemuan saja siswa banyak yang belum sepenuhnya mengerti, bagaimana jika pembelajaran dengan 2 materi dalam 1x pertemuan?
HapusSaya ingin mencoba menjawab pertanyaan pertama saudari.
BalasHapusTeori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Jadi menurut saya berdasarkan teori ini untuk mata pelajaran apapun sebenarnya tahapan pengolahan informasinya sama saja hanya saja letak perbedaannya ada di bagaimana informasi ini diterima, misalnya seorang siswa yang lebih suka belajar sesuatu dari melihat akan lebih mudah baginya jika materi nya di sajikan dalam bentuk eksperimen atau video sehingga pembelajaran lebih bermakana dan informasi bisa tersimpan dalam jangka panjang.
Baik, namun saya masih bingung strategi belajar yang bagaimanakah yang dapat memudahkan semua informasi di proses di dalam otak melalui beberapa indera yang saudari maksud?
Hapusbaiklah saya akan menambahkan pertanyaan no 2 ,
BalasHapus1. Pembiasaan
Seperti kata pepatah " Alah bisa karena biasa", ini juga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan daya ingat pada anak. Jangan bosan mengajarkan pembiasaan pada anak. Misalnya, setiap diberikan sesuatu oleh orang lain ajarkan anak untuk mengucapkan terimakasih. Ingatkan selalu dengan menanyakan kembali kepadanya. Contohnya saat ada temannya yang memberikannya makanan, tanyakan padanya "Ayo adek....bilang apa sama temannya...?" Lakukan selalu dan ini akan terus melekat didalam ingatan anak hingga ia dewasa kelak.
3. Berikan pemahaman
Anak yang tidak paham akan apa yang didengarnya tentu saja akan sulit menerima informasi tersebut, apalagi untuk mengingatnya. Dengan menghafal saja informasi ini akan mudah hilang dari ingatannya. Jadi sebelum memberitahukan sesuatu kepada anak, pastikan anak paham akan apa yang diterimanya, karena jika tidak paham akan baginya untuk mengaplikasikan dan mengkaitkannya dengan informasi baru.
4. Mencatat
Mungkin anda pernah mengalaminya, saat anak anda tiba-tiba lupa akan apa yang harus dibelinya ke warung ketika anda minta tolong dibelikan sesuatu. Ini terjadi karena kemampuan daya ingat jangka pendek pada manusia terbatas. Maka dari itu tidak ada salahnya memberikan catatan untuk lebih mempermudahnya dalam mengingat.
Baik, saya menerima ulasan saudari. Namun saya masih penasaran cara kedua yang saudari maksud itu apa ya? saudari menyebutkan ada 4 namun hanya terdapat 3 cara saja. Bisa jelaskan?
Hapusuntuk pertanyaan ke-4 banyak hal yang dapat di berikan agar lebih termotifasi dan tidak merasa puas . Beberapa Cara/Strategi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak dalam Menempuh Pendidikan :
BalasHapus1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang mentargetkan untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
2. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
3. Kompetisi
Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka dan malah akan membuat siswa menjadi jenuh untuk sekolah.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
Baik, saya tertarik pada ulasan saudara mengenai Ego-involvement. Bisakah saudara jelaskan bagaimana trik atau cara untuk menumbuhkan kesadaran yang tepat pada siswa? dan apakah dapat saudara buktikan ataupun bukti bahwa hadiah itu dapat menjadi motivasi belajar yang kuat? bisa saja di suatu sekolah terdapat siswa yang berprestasi dan kehidupan berkecukupan sehingga hadiah yang diberikan oleh pengajar sebagai suatu prestasi dianggap biasa-biasa saja?
Hapussaya akan menanggapi permasalahan pertama
BalasHapusMekanisme otak dalam meneruskan sebuah informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang adalah dengan memahami informasi tersebut berdasarkan pemahaman sebelumnya, pengalaman sebelumnya, konteks yang pernah dialami dan dipahami sebelumnya, dan berdasarkan informasi-informasi yang telah tersimpan di memori jangka panjang sebelumnya. Memahami informasi dan menyimpannya dalam memori jangka panjang adalah proses mengkoneksikan informasi baru dengan informasi-informasi yang telah dipahaminya sebelumnya, menandainya, memberikan konteks terhadap informasi baru tersebut.Memori jangka panjang merupakan aspek penting dari kognisi. Semua bentuk memori jangka panjang dibagi menjadi tiga proses yaitu: encoding, penyimpanan, dan pengambilan. Memori jangka panjang dikodekan dalam lobus temporal medial. Tanpa itu kita tidak bisa menyimpan informasi baru jangka panjang.
Baik, saya tertarik padea ulasan saudara, namun saya masih bingung bahwa memori jangka panjang dikodekan dalam lobus temporal medial. bisakah saudara jelaskan? dan mengapa tanpa itu kita ataupun pelajar tidak bisa menyimpan informasi baru dalam memori jangka panjang? seberapakah keterkaitan atau keterlibatan itu menurut perhitungan saudara?
Hapus